
JANTUNGMELAYU – Kembali ke akar budaya. Kembali ke Gurindam 12. Demikian pesan Ketua PWI Kepri, Ramon Damora. Tegas. Lugas. Saran itu ia sampaikan pada seminar berjudul “Peran Pers dan Citizen Journalism sebagai Peredam dan Pengurai Potensi Konflik di Tengah Masyarakat” yang diselenggarakan Komunitas Aku Indonesia di Asrama Haji, Jalan Pemuda, Tanjungpinang, akhir pekan lalu.
Dengan gaya orasinya yang khas dan menggebu-gebu, Pimred Tanjungpinang Pos ini menyatakan hal tersebut terkait maraknya berita hoax di media social. Fungsi medsos yang awalnya sebagai wadah silaturahmi, justru sekarang menjadi ajang debat, caci maki, provokasi dan pemberitaaan yang tidak jelas sumbernya.
Medsos, papar Ramon, memperagakan cara berkomunikasi yang sebenarnya anti-komunikasi. Tujuan komunikasi yang mengedepankan kesantunan dan keramahan malah menjadi ajang sumpah seranah. Berita-berita dusta alias hoax menjadi penyebab kekeruhan arena wicara. Kabar bohong dijadikan benteng. Informasi palsu dianggap sekutu.
“Bahaya laten hoax adalah ketika kebohongan diproduksi terus-menerus secara massal, ia berpotensi menjadi kebenaran yang kekal,” ungkap Ramon.
Bagaimana menangkalnya?
Di hadapan ratusan mahasiswa yang memenuhi aula Asrama Haji, Ketua Yayasan Jembia Emas ini mengatakan, generasi muda Kepri seharusnya tak perlu panik mencari obat mujarab penangkal virus hoax. Alam maritim yang mengelilingi kehidupan masyarakat Kepulauan Riau, merupakan bonus kehidupan yang tak dimiliki generasi muda di kota-kota lain.
Kemaritiman tidak hanya mengajarkan masyarakat di sekitarnya menjadi masyarakat dengan karakter yang egaliter, kritis, dan terbuka. Kemaritiman di Kepri, hebatnya, juga mewarisi pelbagai khazanah kebudayaan yang sangat ampuh dijadikan tameng diri memerangi hoax. Gurindam 12 karya Raja Ali Haji, misalnya.
“Nyaris seluruh dari 12 pasal dalam Gurindam goresan monumental Raja Ali Haji, berisi ajaran kebajikan untuk menghadapi hoax,” urai Ramon.
Didapuk sebagai pembicara terakhir setelah giliran Kepala Kesbangpol Kepri, Syafri Syalisman, Kasubdit Cyber Crème Polda Kepri, dan Dekan FISIP UMRAH, Bismar Arianto, sastrawan produktif ini kemudian membacakan pasal demi pasal dalam Gurindam 12 yang berisikan pesan-pesan strategis menangkal hoax. Berikut di antaranya:
Barang siapa mengenal dunia,
Tahulah ia barang yang teperdaya
— Pasal Pertama
Apabila terpelihara kuping,
Khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah,
Niscaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
Daripada segala berat dan ringan.
— Pasal Ketiga
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
Di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
Nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung.
Tanda orang yang amat celaka,
Aib dirinya tiada ia sangka.
— Pasal Keempat
Jika hendak mengenai orang berbangsa,
Lihat kepada budi dan bahasa
— Pasal Kelima
Cahari olehmu akan sahabat,
Yang boleh dijadikan obat.
— Pasal Keenam
Apabila banyak berkata-kata,
Di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak mencela orang,
Itulah tanda dirinya kurang.
Apabila mendengar akan khabar,
Menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
Lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
Lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
Tidak boleh orang berbuat honar.
— Pasal Ketujuh
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
Daripada yang lain dapat kesalahannya.
Keaiban orang jangan dibuka,
Keaiban diri hendaklah sangka.
— Pasal Kedelapan
Hendak marah,
Dahulukan hujjah.
Hendak dimalui,
Jangan memalui.
Hendak ramai,
Murahkan perangai.
— Pasal Kesebelas
Akhirat itu terlalu nyata,
Kepada hati yang tidak buta.
— Pasal Keduabelas