KEBANGGAAN tidak bisa dibeli. Perlu diusahakan, dikerjakan, diperjuangkan. Sebisanya. Semampunya. Sesuai kapasitasnya. Selaku Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman meminta kepada masyarakatnya agar terus merawat kebanggaan menjadi orang Melayu.
Termasuk pula terhadap gaya hidup orang Melayu. Bagi Gubernur Arsyadjuliandi, hal itu teramat penting jikalau menginginkan Visi Riau 2020 tercapai. Yakni menjadikan Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan batin di Asia Tenggara.
Maka lahirlah peraturan-peraturan gubernur tentang upaya pelestarian budaya Melayu. Sebut saja, satu di antaranya adalah Peraturan Gubernur (Pergub) Riau tentang pentingnya budaya Melayu sebagai muatan lokal dalam mata pelajaran di sekolah-sekolah.
Kemudian, yang tak kalah penting adalah mengingatkan kembali para pegawainya agar patuh mengenakan pakaian Melayu lengkap tiap hari Jumat.
“Mari kita perlihatkan identitas kita sebagai orang Melayu, antara lain dengan memakai pakaian Melayu lengkap setiap Jumat. Ini kan juga bagian dari upaya kita mewujudkan Visi Riau 2020. Kalau bukan kita siapa lagi. Kita harus bangga sebagai orang Melayu,” tegas Gubernur Arsyadjuliandi, sebagaiamana dikutip madaniy.com.
Agar lebih semarak, ia juga mengimbau agar kewajiban berpakaian Melayu satu hari dalam satu minggu juga diterapkan di seluruh kabupaten/kota se-Riau. Termasuk pula di lingkungan sekolah.
“Kita harus menanamkan sejak dini kepada anak-anak kita tentang nilai-nilai kemelayuan, termasuk bagaimana berpakaian Melayu karena kita tinggal di Negeri Melayu,” tegasnya lagi.
Selain berpakaian Melayu, tradisi berpantun juga diimbau agar tetap digunakan bagi para pejabat sebelum menyampaikan pidato pada setiap acara. Ada seni, kata Gubernur Arsyadjuliandi, di sebalik pantun-pantun yang menjadi tradisi orang Melayu itu.
“Pesannya sampai, orang ketawa. Itulah seninya,” pungkasnya. (jm)