Kelintang Kuala Patah Arang adalah musik tradisional Melayu Timo (Timur) yang bertahan di Kuala Patah Kecamatan Tanah Merah Indragiri Hilir. Dulu, selain di Kuala Patah Parang, musik tradisional ini juga ada di Reteh dan beberapa tempat lagi di Indragiri Hilir.
Sesuai dengan namanya “Kelintang Melayu Timo Kuala Patah Parang”, musik tradisional kelintang tujuh nada ini berasal dari Timurnya Nusantara, yaitu dari Tempasuk, pusatnya Melayu Iranun – Mindanao, Sabah, Borneo (Kalimantan) – yang sekarang masuk dalam negara Malaysia.
Musik ini masuk ke Indragiri dan kawasan Riau Kepulauan pada tahun 1787 Masehi dibawa oleh prajurit perang Sultan Ismail dari Tempasuk yang datang ke Kerajaan Melayu Riau-Lingga atau Johor-Riau untuk membantu Sultan Mahmud Riyat Syah yang tengah berseteru dengan penjajah Belanda.
Koalisi Kerajaan Riau-Lingga dengan Kerajaan Tempasuk berhasil mengalahkan Belanda dan mengusir Rasidennya, David Ruhde, enyah dari Tanjungpinang pada tanggal 13 Mei 1787. Dia lari pontang-panting ke Singapura dengan pakaian sehelai sepinggang di badan.
Setelah mencapai kemenangan, sebagian prajurit Sultan Ibrahim balik ke Tempasuk Borneo. Sebagian tinggal di kawasan Kerajaan Lingga. Antaranya sekitar pesisir Sungai Indragiri, seperti di Kotabaru, Reteh, Benteng, Kuala Patah Parang sampai mendekati Sungai Batanghari, Jambi.
Beberapa tokoh atau pahlawan dari keturunan Melayu Timo Indragiri ini, antaranya Panglima Besar Tengku Sulung dan Letnan Boyak, abang atau saudara kandung penyair nasional dari Riau, Idrus Tintin.
Dulu musik Musik Kelintang yang sebagian besar dimainkan perempuan ini – oleh Kerajaan Tempasuk digunakan untuk penyemarak atau pemberi semangat kepada prajurit yang tengah berdayung berlayar di laut besar, baik ketika berhadapan dengan angin yang menyunsang maupun ketika berhadapan dengan musuh.**