DARI perkataan yang diucapkan seseorang anak manusia, dapat dinilai perangai atau perilakunya. Perkataan dan perbuatan (perilaku)-nya itu pada gilirannya paling jelas menyerlahkan hati budinya. Kehalusan bahasa (perkataan) akan mengesankan keadaban, sedangkan kekasarannya mencerminkan kebiadaban. Nyaris tak ada kebaikan dan keburukan diri yang dapat disembunyikan dari tutur kata. Jangankan Allah Yang Maha Mengetahui, manusia pun dapat mengesan segala rahasia kejahatan di sebalik tutur kata, begitu pun cahaya kejujuran, kebenaran, dan kebaikannya.

Budi yang halus lagi mulia mempersyaratkan terpeliharanya diri, baik zahiriah maupun  batiniah. Oleh sebab itu, manusia yang memiliki kehalusan budi akan merawat dan memelihara jasmaninya agar tetap sehat walafiat seperti halnya dia menjaga rohaninya supaya tak terjangkiti penyakit yang dapat merendahkan marwah dirinya sebagai makhluk yang paling mulia diciptakan Allah. Dengan demikian, harmonisasi antara kesehatan jasmani dan rohani menjadi penanda kehalusan budi manusia. Dengan perkataan lain, di dalam diri manusia yang sesungguhnya seyogianya terhimpun seri pantai sebagai ‘kebaikan zahiriah’ dan seri gunung sebagai ‘keelokan rohaniah’ yang berpadu mesra.     

Raja Ali Haji rahimahullah, melalui karya beliau, mengamanatkan manusia supaya pandai, bijak, dan arif dalam memelihara anggota tubuh yang umumnya kelihatan indah dipandang mata. Maksudnya, anggota tubuh, dari mata sampai ke kaki, harus dijaga dan dirawat agar terhindar dari perbuatan yang salah (menyimpang dari kebenaran) dan jelek (tak sesuai dengan kaidah keelokan).

Apabila terpelihara mata
Sedikitlah bercita-cita

Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tidaklah damping

Apabila terpelihara lidah
Nescaya dapat daripadanya faedah

Bersungguh-sungguh engkau memelihara tangan
Daripada segala berat dan ringan

Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh

Anggota tengah hendaklah ingat
Di situlah banyak orang hilang semangat

Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan membawa rugi

Pasal yang Ketiga, Gurindam Dua Belas, yang dinukilkan di atas menegaskan bahwa amat mustahak manusia memelihara unsur jasmaniahnya. Pasalnya, jika anggota tubuh itu tak dijaga dengan baik, manusia boleh terbabit kepada perbuatan yang keji. Dengan perkataan lain, unsur zahiriah itu berpotensi menjerumuskan manusia kepada perbuatan yang salah dan jelek jika tak dikawal dengan benar. Pemeliharaan unsur jasmaniah itu sama pentingnya dengan pemeliharaan unsur rohaniah. Jika zahiriah terpelihara, bersama dengan aspek batiniah/rohaniah, nescaya manusia akan mencapai taraf orang yang memiliki kehalusan budi, makhluk yang sungguh-sungguh mulia sebagai fitrahnya diciptakan oleh Allah.

“Dan, janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan, dan hati; kesemuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya,” (Q.S. Al-Isra’:36).

            Bait-bait Gurindam Dua Belas di atas sejalan dengan petunjuk dan peringatan Allah. Jelaslah bahwa apa-apa yang terhimpun di dalam Gurindam Dua Belas itu sesuai benar dengan pedoman ajaran Islam. Dengan mengikuti pedoman itulah, manusia akan memiliki kehalusan budi dan menjelma menjadi makhluk yang mulia di sisi Allah.

            Rasulullah SAW pun ada bersabda tentang budi pekerti yang berkaitan dengan pemeliharaan aspek jasmaniah manusia. Dalam hal ini, penjagaan jasmaniah menjadi bagian dari budi pekerti dan atau akhlak, yang pada gilirannya memungkinkan manusia memasuki surga Allah.

Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang apakah sebahagian besar amalan yang akan memasukkan umat manusia ke surga. Rasulullah SAW menjawab, “Bertakwa kepada Allah dan baiknya akhlak (budi pekerti).” Baginda Nabi ditanya pula tentang apakah sebahagian besar amalan umat manusia yang dapat memasukkan mereka ke neraka. Baginda Nabi menjawab, “Karena mulut dan kemaluan,” (H.R. Tirmidzi).

            Bersumberkan sabda Nabi Muhammad SAW di atas, nyata sekali bahwa anggota tubuh manusia—di dalam hadits tersebut dicontohkan mulut dan kemaluan—harus dijaga dengan benar. Jika tidak, itulah salah satu penyebab yang memungkinkan manusia masuk neraka di akhirat kelak. Manusia yang pandai menjaga anggota tubuhnya sehingga terhindar dari berbuat salah dan jelek tergolong makhluk Allah yang memiliki kualitas kehalusan budi. Pasalnya, dia telah menaati perintah Allah dan ajaran Rasulullah SAW. Tubuhnya telah terang-benderang disinari oleh cahaya seri pantai dan seri gunung. Subhanallah!

            Selain dari aspek jasmaniah, Gurindam Dua Belas juga mengingatkan manusia agar menjaga hati (qalbu) dengan segala sifat-sifat dan atau perangai bawaannya. Hati dapat membawa manusia kepada kebahagiaan sejati, tetapi jangan lupa, ianya juga boleh melencongkan atau membelokkan manusia ke lembah kenistaan yang tercela. Pasal yang Keempat, Gurindam Dua Belas, memerikan perihal hati itu.

Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota pun roboh

Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah

Mengumpat dan memuji hendaklah fikir
Di situlah banyak orang tergelincir

Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala

Jika sedikit pun berbuat bohong
Bolehlah diumpamakan mulutnya pekung

Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka

Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah

Barang siapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar

Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya itu umpama ketor

Di manakah salah diri
Jika tidak orang lain berperi

Pekerjaan takabur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih

Bait-bait Gurindam Dua Belas di atas mengingatkan manusia bahwa jika hati tak dirawat dengan baik, ianya boleh mendatangkan pelbagai penyakit rohaniah. Di antara penyakit-penyakit itu meliputi dengki, mengumpat, marah, bohong, bakhil (kikir, lokek, loba), kasar, perkataan kotor, dan takabur. Akibatnya, manusia yang menderita penyakit rohaniah itu akan mengalami kerendahan budi, turun derajatnya dari makhluk yang mulia menjadi sehina-hinanya dan sedina-dinanya. Pantainya gelap disertai gunungnya gulita. Akibatnya, ketika di laut dia mendatangkan malapetaka dan tatkala di darat dia pun berbuat angkara murka.

            Syair nasihat dalam Tsamarat al-Muhimmah (Haji dalam Malik (Ed.), 2013) juga memuat informasi tentang beberapa penyakit hati. Di antaranya terhimpun dalam bait-bait hikmah berikut ini.

Jika anakanda menjadi besar
Tutur dan kata janganlah kasar
Jangan seperti orang yang sasar
Banyaklah orang menaruh gusar
………………………………………
Pada berhukum jangan pemarah
Jangan perkataan keruh dan kerah
Khususan pula bicara darah
Janganlah zalim barang sezarah

Gambaran tentang penyakit rohaniah yang bersumber dari hati yang tak terawat dalam bait-bait syair di atas membuat manusia kehilangan perikemanusiaannya. Penyakit zalim, misalnya, jangan sampai berkembang subur walau hanya sezarah (sebesar atom) pun karena akan buruk padahnya bagi penderitanya (orang yang berperangai zalim itu). Begitulah dahsyatnya penyakit hati kalau telah menyerang manusia. Oleh sebab itu, supaya terpelihara kehalusan budi, manusia memang wajib menjaga hatinya dengan sebaik-baiknya seperti yang dianjurkan oleh syair di atas.

Allah SWT memang memberi peringatan kepada manusia supaya menjaga hati. Di antara firman-Nya terekam di dalam ayat ini.

 “Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri, sedangkan mereka tak sadar. Di dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih karena mereka berdusta,” (Q.S. Al-Baqarah:8—10).

Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa hati manusia berpotensi tertular wabah penyakit jika tak dipelihara sesuai dengan petunjuk Allah. Penyakit rohaniah yang ditularkan oleh hati yang tak terawat secara baik menyebabkan manusia mendustakan kebenaran yang sesungguhnya nyata. Merekalah orang-orang yang mengalami kerendahan budi, tercabut sisi kemuliaan dari dirinya. Astaghfirullah!

Sebaliknya pula, manusia yang mampu merawat hatinya dengan baik bermakna qalbunya telah disinari oleh kecemerlangan seri pantai dan seri gunung akidah dan akhlak. Cahaya itulah yang paling setia menyertai dirinya di akhirat yang abadi kelak. Sinar Ilahi itu pulalah yang menuntunnya memasuki surga Allah dengan segak. Insya Allah!

Berawal dari mata, terus turun hingga ke kaki, sampai menusuk ke jantung-hati, manusia  seyogianya menjaganya sekuat dapat. Pasalnya, persebatian kebaikan jasmaniah dan keelokan rohaniah memudahkan jalan bagi manusia menuju akhirat. Jika tidak, sia-sialah segala-galanya, termasuk kehebatan dan kemuliaan dunia yang pernah didapat. Bukankah tipu-daya sememangnya dunia yang empunya sifat?

Pandai-pandailah menjaga diri dan merawat martabat karena kehidupan dunia hanyalah sesaat. Akan tetapi, anekaragam godaannya (harta, pangkat, jabatan, kebanggaan, dan sejenisnya) boleh membawa sesat. Sesat itulah yang membangun lebuhraya buntu menuju kebahagiaan surga,  termasuk bagi mereka yang selama hidupnya di dunia tak percaya akan adanya alam akhirat. Selamat menunaikan ibadah-ibadah Ramadhan dengan benar, baik, dan cermat. Semoga terhapus segala dosa yang pernah diperbuat!***

Artikel SebelumPantun: Akar Puisi Liris Indonesia
Artikel BerikutRiouw Maleisch- Perjalan Bahasa Melayu Riau Menjadi Bahasa Indonesia (1896-1947)
Budayawan, Peraih Anugerah Buku Negara Malaysia 2020 ,Pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang pada masa jabatan 2007-2021, Anggota LAM Kepulauan Riau masa khidmat 2017-2022, Peraih Anugerah Jembia Emas tahun 2018, Ketua Umum PW MABMI Kepulauan Riau

Tinggalkan Balasan