
Memperkenalkan Karya Raja Haji Muhammad Sa’id bin Raja Muhammad Thahir Riau
PENTINGNYA pendidikan budi pekerti, adab, dan akhlak sebagai penunjang pengajaran ilmu pengetahuan bagi anak-anak di sekolah, telah dipikirkan juga oleh sejumlah cendekiawan Riau-Lingga pada masa lalu. Gagasan ini antara lain dikemukakan oleh Raja Haji Muhammmad Sa’id melalui sebuah karanya yang berjudul Kitab Panduan Kanak-Kanak.
Early Malay Printed Books
Bila merujuk kepada hasil penelitian bibliografis buku-buku klasik Melayu oleh Ian Proudfoot (1992), maka Kitab Panduan Kanak-Kanak dapat dikategorikan sebagai salah satu Early Malay Printed Books (Buku Melayu Cetakan Lama) yang pernah dihasilkan oleh pengarang Riau-Lingga dari Pulau Penyengat pada masa lalu.
Namun sayang, kitab ini luput dari jangkauan Proudfoot, sehingga tidak tercantum dalam laporan penelitianya yang kemudian dipublikasikan sebagai sebuah ‘katalog’ buku-buku Melayu beranotasi setebal 860 halaman.
Edisi pertama Kitab Panduan KanakKanak dicetak dan dikeluarkan oleh Mathba’ah al-Ahmadiah, yang beralamat di Minto Rood, Singapura, pada tahun 1339 H bersamaan dengan 1920 M.Seperti dijelaskan dalam catatan singkat salah seorang pengurus Mathba’ah al-Ahmadiah (Raja Haji Umar bin Raja Haji Hasan bin Raja Ali Haji) yang diamuat pada bagian akhir kitab ini, pencetakan dan penerbitannya terwujud “dengan kehendak” Raja Ali ibni almarhun Raja Haji Muhammad Riau (Tengku Nong), yang ketika itu menjabat sebagai ketua (Mudir) Mathba’ah al-Ahmadiah, Singapura.
Mathba’ah al-Ahmadiah mencetak kitab ini secara tipografis menggunakan huruf jawi pada 72 muka surat berukuran 16,5 x 12,5 cm yang kemudian dijilid dengan cara dijahit.
Raja Haji Muhammad Sa’id
Catatan pada bagian akhir Kitab Penduan Kanak-Kanak ini juga menyebutkan bahwa pengarangnya adalah, “…seorang muda yang mepunyai perangai yang terpuji dan tingkah laku yang diridhai….” Nama batang tubuh orang muda itu Raja Haji Muhammad Said. Ayahnya, Raja Haji Muhammad Thahir, adalah ahli ilmu falak dan hakim Mahkamah Besar kerajaan RiauLingga di Pulau Penyengat.
Sedangkan datuknya, selain menjabat Yamtuan Muda Riau, adalah seorang Mursyid Tarekat Naqsyabadiah alKhalidiahdi Kerajaan Riau-Lingga yang dibaiat oleh Syekh Ismail Ismail bin Abdullah al-Khalidi al-Minangakauwi.
Raja Haji Muhammad Sa’id lahir di Pulau Penyengat pada tarikh yang belum diketahui angka tahunnya, dan mangkat di Singapura pada hari Selasa 11 Safar 1338 H bersamaan dengan 4 November 1919 M.
Seperti ayahnya, ia juga pakar dalam ilmu falak, dan anggota Tarekat NaqsyabandiahKhalidiah di Pualau Penyengat. Sama seperti ayah dan saudara perempuannya yang bernama Badariah Muhammad Thahir, Raja Haji Muhammad Sa’id meninggalkan sejumlah karya selain Kitab Panduan Kanak-Kanak.
Dari beberapa karyanya, dapatlah diperkirakan bahwa Raja Muhammad Sa’id mulai menulis di Pulau Penyengat pada akhir abad ke-19.Karya pertamanya adalah sebuah kitab berjudul Wa li Nafsi wa li Ikhwani, yang selesai ditulis di Pulau Penyengat pada 9 Safar 1316 H bersamaan dengan 29 Juni 1896, dan kemudian dicetak oleh Mathba’ah al-Ahmadiah Singapura.
Ia juga menulis sebuah karya berjudul Jalan Kesatuan atau Al-Irsyad ila Thariq at-Taalufi wa al-Ittihad. Ditulis di Pulau Penyengat pada pada 25 Syawal 1325 H bersamaan dengan 1 Oktober 1907 H. Atas usaha Raja Haji Umar bin Raja Hasan Riau, Al-Irsyad ini diterbitkan pula oleh Mathba’ah alAhmadiah Singapura pada 1345 H bersamaan 1927 M.
Sebuah terjemahan atas karya Jakfar al-Barzanji yang kemudian diberi judul I’dul Jauhar fi Maulid an-Nabi alAzhar juga lahir dari pena Raja Haji Muhammad Sa’id. Terjemahan kitab puji-pujian dan sejarah Nabi Muhammad S.A.W ke dalam bahasa Melayu ini diselasaikan di Pulau Penyengat pada malam Ahad, 11 Ramadhan 1327 H bersamaan dengan 26 Sepetember 1909, dan dicetak oleh Mathba’ah alAhmadiah, Singapura, pada tahun itu juga.
Pada 4 Muharam 1335 H bersamaan 16 Oktober 1916 M, beliau menyelesaikan pula penulisan Syair Nazam Tajwid al-Qur’an di Pulau Penyengat, dan kemudian dicetak untuk keduakalinya oleh Mathba’ah al-Ahmadiah pada 1346 H bersamaan dengan 1927 M.
Ia juga menerjemahkan karya Syekh Ibrahim Al-Mashiri tentang sejarah Islam dan sejarah Rasulullah S.A.W yang kemudian diberi judul Simpulan Islam. Terjemahan ini dikemas dalam dalam format dwi-bahasa (Arab dan Melayu) ‘…yang amat ringkas dan amat mudah difahamkan oleh muridmurid di dalam tempat pelajaran’. Buku dwi-bahasa ini dicetak oleh Mathba’ah al-Ahmadiah pada 1336 H bersamaan dengan 1921 M.
Sebagai seorang ahli falakiah, Raja Haji Muhammad Sa’id juga menghasilkan kitab Naskah Hisab dan sejumlah Natijah (hasil perhitungan persamaan tarikh hari bulan dan tahun berdasarkan ilmu falak dan hisab) yang selesai ditulis di Singapura pada 1 September 1910 M.
Ian Proudfoot (1992), berdasarkan catatan penelitian lapangan Virginia Matheson di Pulau Penyengat, juga mencatat Raja Haji Muhammad Sa’id sebagai penerjemah pertama karya Ali Afandi Fikri yang diberi judul Adab alFatat atau Adab al-Fatah.
Budi Pekerti dan Ilmu Pengetahuan
Melalui Kitab Panduan KanaKanak, Raja Haji Muhammad Sa’id menegaskan kait-kelindan antara budi pekerti, akhlak, dan adab seorang anak dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari tempat pelajaran (sekolah).
Bagi Raja Muhammad Sa’id, pendidikan budi pekerti sangat menentukan manfaat yang dipetik oleh seorang anak dari berbagai pelajaran dan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya di tempat pelajaran atau sekolah. Korelasi antara budi pekerti dan capaian pengetahuan yang diperoleh seorang anak di bangku sekolah sangat menentukan faedah yang dapat dipetiknya di masa hadapan.
Menurut Raja Muhammad Sa’id, “…apabila baiklah pekerti kanakkanak itu, niscaya sukalah ibu bapanya. Dan tatkala jadilah ia besar dengan kelakukan yang baik, niscaya mencapailah ia akan pangkat ketinggian diantara segala manusia. Tetapi jika jahat perangainya niscaya dibenci orang akan dia dan menyesallah ia kelak pada kemudian hari…”
Sebagaimana dijelaskan oleh Raja Haji Muhammad Sa’id, Kitab Panduan Kanak-Kanak ini sesungguhnya adalah sebuah kitab pelajaran asas budi pekerti dan akhlak yang dikemas secara singkat atau secara “…pandakatas jalan peringatan dan pengajaran.”
Secara keseluruhan, Kitab Panduan Kanak-Kanak ini berisikan 29 pelajaran atau ‘bab’ tentang budi pekerti dan aklak yang dikemas atau terhias didalamnya dengan “berbagai cetera yang berguna dan ibarat yang berfaedah bagi membaikkan perangai” anak-anak agar sepurna hidupnya apabila besar kelak.
Dalam 29 ‘bab’ pelajaran itu, atara lain terdapat penjelasan dan petunjuk tentang adab kepada ibu bapa dan keluarga; Adab di dalam tempat pelajaran atau sekolah; perihalperangai yang baik; perihal murah(perangai) dan burbudi; perihal membalas kejahatan dengan kebajikan; perihal (ke)wajib(ban) manusia kepada dirinya; perihal (ke)wajib(ban) manusi kepada orang yang lainnya; dan perihal adab berkata(-kata).
Pelajaran adab dan budi pekerti ini disisipi pula dengan ilustrasi dan pembayang-pembayangpengajaran yang berguna, yang dipetik dari pelajaran dasar agama Islam dan kisahkisah dunia binatang (fable) yang ringkas dan jelas, seperti: cerita-cerita Dua Ekor Kucing dan Seekor Kera; Gagak dan Kucing; Merpati dan Srigala dan Punai; dan kisa-kisah pembayang lainnya yang mengandungi pelajaran dan pengajaran.
Secara substansial, Kitab Panduan Kanak-Kanak karya Raja Haji Muhammad Sa’id adalah sebuah kitab pelajaran adab dan budi pekerti yang dapat disanding-bandingkan dengan sebuah karya sejenis berjudul Adab al-Fatah, sebuah karya berbahasa Arab yang diterjemahkan oleh saudara perempuannya, seorang pengarang perempuan Riau Lingga, yang bernama Badariah Muhammad Thahir.***