BESAR dan berat. Ciri itulah yang melekat pada tanggung jawab dan tugas pemimpin umumnya. Lebih-lebih, pemimpin yang telah mewakafkan dirinya untuk berjuang memajukan bangsa dan negaranya. Pada peringkat mana pun dia memimpin, kesemuanya dilaksanakannya dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan kemahiran yang dimilikinya.
Dalam dirinya telah tertanam kuat keyakinan ini. Kelalaian sedikit saja akan menyebabkan negeri merana dan rakyat sengsara. Oleh sebab itu, dia akan berupaya menjaga kesehatannya sebaik-baiknya agar dapat melaksanakan amanah mulia kepemimpinan seperti yang dicita-citakannya. Dia sadar bahwa kesehatan yang prima sangat diperlukan agar dia dapat melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan sesuai dengan harapannya.
Kesehatan jasmani diperbincangkan lebih dahulu. Raja Ali Haji rahimahullah dalam karya beliau Tsamarat al-Muhimmah menegaskan mustahaknya para pemimpin memiliki karakter memelihara kesehatan jasmani. Gangguan kesehatan jasmani yang dialami pemimpin, lebih-lebih gangguan yang serius, menyebabkan tugas-tugasnya tak dapat dilaksanakan sesuai dengan matlamat yang hendak dituju.
“… sangat berkehendak kepada raja-raja dan orang besar-besar pada memeliharakan badan itu karena penyakit itu memutuskan beberapa pekerjaan. Bermula mentadbirkan badan supaya sehat itu yaitu lima perkara: pertama, pada makan dan minum, kedua, (pada) tidur, ketiga, pada jimak, keempat, pada bergerak-gerak, (dan) kelima, pada berhawa,” (Haji dalam Malik (Ed.) 2013, 99).
Kelima perkara itu sangat mustahak diperhatikan untuk menjaga kesehatan tubuh. Makan dan minum mestilah teratur dan sesuai dengan keperluan, tak boleh berlebihan. Makanannya harus sehat dan bersih. Tidur dan istirahat harus teratur dan memadai. Berhubungan suami-istri pun dengan memperhatikan kadar yang diperlukan saja, tak boleh berlebihan. Selain itu, harus diperhatikan ketentuan-ketentuan yang disunatkan oleh Rasulullah SAW. Berlebihan dalam berjimak tak bermakna perkasa, bahkan berbahaya bagi kesehatan jasmani karena dapat mendatangkan penyakit dan cepat tua, apatah lagi kalau dilakukan secara tak halal.
Pemimpin juga harus mendisiplinkan diri dengan berolah raga secara teratur dan sesuai dengan standar kesehatan. Tak boleh malas berolahraga, tetapi harus disesuaikan pula dengan kemampuan diri seperti usia. Tubuh pun mesti banyak beroleh udara segar, yakni waktu subuh sampai sebelum matahari meninggi pada pagi hari. Badan harus diupayakan mendapat terpaan lembut angin sepoi-sepoi basa agar senantiasa berasa selesa.
Karena mustahaknya kesehatan jasmani, pemimpin harus memantangkan dirinya terjebak pada sifat, sikap, dan perilaku pemalas. Para pemalas tak layak menjadi pemimpin, antara lain, karena perilakunya bernilai negatif bagi kesehatan tubuhnya. Tugas menjadi pemimpin bukanlah sekadar bersenang-senang dan berleha-leha. Tanggung jawabnya menuntut kesehatan yang baik, yang hanya dapat dilaksanakan oleh orang yang rajin bekerja.
Syair nasihat dalam Tsamarat al-Muhimmah (Haji dalam Malik (Ed.), 2013), bait 36, mengingatkan para pemimpin akan perkara itu.
Yakni jangan lengah dan lalai Pekerjaan raja dihelai belai Lengah dengan nasi dan gulai Akhirnya kelak badan tersalai
Pemimpin wajib memerangi perilaku malas dalam dirinya. Sebaliknya pula, ada juga pemimpin yang tak memperhatikan waktu dalam melaksanakan tugasnya, berlebihan pula rajinnya. Kesehatan diri diabaikannya demi menyelesaikan tugas-tugasnya. Perilaku seperti itu juga tak baik dan tergolong lengah dan lalai dalam memelihara kesehatan dirinya.
Penjagaan kesehatan jasmani tak luput dari kearifan yang terhimpun dalam Gurindam Dua Belas (Haji, 1847), Pasal yang Ketiga, bait 1-7.
Apabila terpelihara mata Sedikitlah bercita-cita Apabila terpelihara kuping Khabar yang jahat tiadalah damping Apabila terpelihara lidah Nescaya dapat daripadanya faedah Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan Daripada segala berat dan ringan Apabila perut terlalu penuh Keluarlah fiil yang tiada senonoh Anggota tengah hendaklah ingat Di situlah banyak orang yang hilang semangat Hendaklah peliharakan kaki Daripada berjalan membawa rugi
Mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki yang tak terpelihara dengan baik akan mengundang pelbagai jenis penyakit. Oleh sebab itu, kesemuanya harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari kakus atau menyentuh perempuan, lalu kamu tak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kamu bersyukur,” (Q.S. Al-Maidah, 6).
Sesungguhnya, Allah-lah yang memerintahkan manusia untuk senantiasa memelihara kesehatan diri. Untuk itu, budaya bersih harus menjadi bagian dari jati diri. Jika petunjuk itu dilaksanakan, pelbagai nikmat akan dianugerahkan-Nya, terutama nikmat kesehatan, sehingga patut diperhatikan oleh para peneraju negeri. Kalau semua perintah-Nya telah dikerjakan, kepada Allah jualah kita berserah diri.
Berpuasa merupakan cara yang terbaik untuk memelihara kesehatan, tak hanya jasmaniah, tetapi juga rohaniah. Selamat menunaikan ibadah-ibadah Ramadan 1441 H.***