
Tandjoengpinang (1908-1966)
SEBELUM diruntuhkan pada 2004, pada bangunan majelis guru kompleks sekolah tua yang letaknya persis di seberang Bestari Mall sekarang, samar-samar masih terbaca rangkaian aksara Rumi (Latin) dan aksara Cina yang sama-sama menyusun nama lama kompleks bangunan sekolah itu: Toan Poen School Tandjoengpinang (Sekolah Toan-Poen Tanjungpinang). Sebuah sekolah ‘modern’ di Tanjungpinang yang sangat terkenal pada zamannya.
Gagasan untuk membuka sekolah ini diprakarsai oleh sejumlah pengusaha Tionghoa kaya di Tanjungpinang pada 1908. Surat kabar Sumatra Post yang terbit di Medan pada bulan November 1910 menyebutkan pengusaha-pengusaha kaya itu tergabung dalam sebuah perkumpulan bernama Tiong Hoa Toan Poen Hak Tong (Sekolah Tiong Hoa Toan Poen) yang didirikan di Tanjungpinang. Gagasan untuk membuka sekolah itu, sebagaimana dicatat dalam buku kenang-kenangan ulang sekolah tersebut pada tahun 1950 (Riau-nui-po-Toan-Poen-she-sian, 1950), baru terwujud pada tahun 1910.
Pembukaan Toean Poon School, tentu saja menjadi salah satu penanda penting dalam lembaran sejarah perkembangan dunia pendidikan di Tanjungpinang. Selain itu, bagi masyarakat Tionghoa di Tanjungpinang, kehadiran sekolah ini juga mempunyai makna baru bagi kehidupan sosial mereka. Karena, sejak saat itu, ‘ritualisasi sosial’ yang sebelumnya hanya dilakukan melalui kelenteng atau rumah toa-peh-kong, menemukan jalan barunya melalui aktivitas di sekolah ini.
Nama sekolah ini dibentuk dari penggabungan tiga suku kata dalam bahasa Mandarin dan bahasa Belanda. Sebuah nama yang mengandung simbolisasi perbancuhan antara gaya pendidikan model Barat dan Timur.
Dalam perjalanannnya, pengelolaan sekolah ini diserahkan kepada sebuah Badan Pengurus Sekolah Toan Poon (Toan-Poen-San-Wah-Tan-Se-Po). Tak sedikit pedagang-pedagang Tionghoa kaya di Tanjungpinang terlibat di dalamnya. Pada masa itu, menjadi anggota badan pengurus sekolah ini adalah sebuah gengsi dan kebanggaan. Keterlibatan seseorang sebagai anggota badan pengurus sekolah ini adalah salah satu sarana untuk mendapatkan pengakuan status sosial bergengsi di tengah masyarakat. Apalagi bila diiringi dengan kemampuan menyumbangkan sejumlah dana bagi sekolah tersebut.
Fungsi sosial yang dimainkan oleh sekolah ini telah memungkinkan Toan Poen School Tanjungpinang berkembang menjadi sebuah sekolah swasta termodern, bergengsi, mewah,dan tentu saja menjadi sebuah sekolah yang unggul di Tanjungpinang antara tahun 1910 hingga menjelang tahun 1965. Bahkan, Badan Pengurus sekolah ini berhasil menggerakkan hampir semua pemilik toko di Tanjungpinang untuk berpartisipasi dalam mendukung dana pembangunan sekolah. Apabila ada pemilik toko yang enggan membantu, maka usaha dagangnya akan diboikot.
Strategi yang dijalankan oleh Badan Pengurus sekolah ini hasilnya sangat luar biasa. Badan Pengurus Toan Peon School mampu membangun sejumlah gedung sekolah megah sejak tahun 1910 hingga tahun 1950-an. Pada zamannya, deretan gedung-gedung sekolah yang mejadi bagian dari kompleks sekolah yang besar di tengah Kota Tanjungpinang. Rangkaian gedung sekolah dasar hingga gedung Toan Poon High School yang dibanguan pada tahun 1953, serta kompleks asrama para guru, menghiasi Jalan Sukarno (kini, Jl. Teuku Umar, di Tanjungpnang): bangunan kompleks sekolah ini membentang mulai dari dari lokasi gedung Bank Riau kini, Bank Mandiri, hinggalah ke kompleks Bank BRI, dan gedung Kaca Puri.
Pada awal berdirinya, bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar dan diajarkan di sekolah itu. Akan tetapi, pada masamasa berikutnya juga diajarkan bahasa Indonesia oleh guru-guru yang didatangkan dari Pangkal Pinang, Jakarta, dan tentu saja, dari kalangan guru tempatan di Tanjungpinang.
Banyak lulusan Toan-Peon School Tanjungpinang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di sekolahsekolah Cina yang terdapat di Singapura, Jakarta, atau Bandung. Bahkan, beberapa di antaranya berangkat ke Negeri Cina untuk melanjutkan pendidikan. Sebenarnya, pihak Badan Pengurus Toan Peon School juga sempat menyelesaikan pembangunan gedung yang akan dipergunakan untuk lulusannya yang akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Akan tetapi gedung dua lantai tersebut, yang terletak di lokasi Bank Riau saat ini, tak sempat digunakan menyusul pecahnya pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965.
Masa jaya Toan-Poen School Tandjoengpinang dan jaringannya berakhir pada tahun 1966 karena terimbas oleh dampak sosial-politik pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang akhirnya membawa perubahan total dalam peta politik dan tatanan sosial masyarakat di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Di Tanjungpinang, sebuah aksi besarbesaran oleh pemuda dan pelajar yang tergabung dalam KAMMI dan KAPPI terjadi di mana-mana. Salah satu sasarannya adalah komplek Sekolah Toan-Poen di Jalan Sukarno (sekarang Jalan Teuku Umar).
Kisah Toan Poen School Tandjoengpinang berakhir ketika pemerintah Kabupaten Kepulauan Riau menutup sekolah ini pada tahun 1966. Semua aset dalam bentuk bangunan dan kelengkapan sekolah disita untuk negara. Kini, beberapa sisa kelengkapan sekolah ini (berupa lemari-lemari yang terbuta jati) masih tersimpan di salah satu ruang laboratorium SMA Negeri 1 Tanjungpinang.***