Oleh : Dedi Arman
(Peneliti Pertama Sejarah BPNB Kepri)

Komoditi karet yang saat ini di budidaya-kan di Pulau Bintan, Anambas, Karimun dan daerah lainnya di Kepri, punya sejarah panjang. Perkebunan karet di Kepri sudah di budidaya-kan sejak awal abad 20, sama halnya daerah lain di nusantara. Informasi tentang keberadaan perkebunan karet awal abad 20 hingga tahun 1940 bisa dilihat dalam pemberitaan surat kabar yang terbit zaman itu.

Surat kabar Algemeen Handelsblad tanggal 27 Februari 1911 memberitakan, Residen Riau memberikan izin konsesi kepada tiga  perusahaan untuk perkebunan karet. Pada awal 1911, sebuah pabrik karet dibangun di Pulau Bintan. Di Bintan saat itu sudah mulai ditanam karet dalam umur yang masih muda. Karet belum produksi, pemeliharaan dan perluasan areal tanam terus dilakukan. Sementara di Pulau Galang (Batam), perusahaan telah menghasilkan 2.813 pon karet tujuan ekspor.

Koran Het Niuews Van den Dag tanggal 16 Agustus 1910 juga memuat berita tentang kebun karet. Tulisannya berjudul: Karet di Kepulauan Riau. Isinya tentang laporan ke Residen Riau tentang kondisi perkebunan karet yang telah mendapatkan izin konsesi di Pulau Sugi dan Karimun. Di sana pekerjanya adalah Orang Melayu. Kondisi perkebunan karetnya bagus dan terlihat ada kemajuan. Di Karimun juga dibangun pabrik karet untuk mengolah karet dan getah jelutung. Pada akhir 1915, pabrik ini tutup sementara. Pabrik yang ada di Karimun itu mengekstraksi getah jelutung yang merupakan produk hasil hutan.

Koran Bataviaasch Niuuwsblad tanggal 7 Juni 1916 memuat berita iklan dijual tentang penjualan kebun karet di Pulau Bintan. Luas lahan 4.000 hektar, sementara yang sudah ditanam 1200 hektar. Di lokasi tidak ada bangunan dan mesin. Bagi yang berminat bisa mengontak pemilik kebun.

Adanya karet di Anambas dimuat dalam berita koran De Indische Courant tanggal 4 Desember 1936. Beritanya berjudul: Berkunjung ke Tarempah. Dalam artikel ini digambarkan Anambas kepulauan terpencil yang produk ekspor utamanya ada tiga, yakni kopra, karet dan kayu.

Produksi kopra per bulan 40.000 pikul dan karet 10-25 ribu kilogram.   Dari laut, perkebunan karet ini berada di tengah-tengah pepohonan lainnya dan tidak bisa dibedakan. Kebun karet lebih menjanjikan. Sementara, budidaya padi sulit karena tanah yang berbatu-batu khususnya di daerah Tarempa.  Tarempa saat itu juga penduduknya cukup ramai. Setiap pekan datang kapal K.P Steamer dan kapal Cina bersandar di Tarempa.

Pada 1915 diwilayah Keresidenan Riau, ada 12 onderneming (perkebunan), yakni Kepulauan Riau, Indragiri dan Kuantan. Diantaranya di Japura, Kelawat, Sungai Lalak, Sungai Parit Gading, Air Molek dan Sungai Sagu. Ini ditanami kebun karet. Di Kepulauan Riau kebun karet ada di Bintan. **

Artikel SebelumDan Bunda Tanah Melayu pun Tersedu
Artikel BerikutHendaklah Kita Berbanyak Syukur

Tinggalkan Balasan