PEJABAT (Kantor) Perdana Menteri Malaysia menyelenggarakan Simposium Pengantarabangsaan Bahasa Melayu pada 22-24 Mei 2022. Kegiatan tiga hari itu dipusatkan di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur. Acaranya dibuka langsung oleh Perdana Menteri, Datuk Seri Ismail Sabri Yaacob. Beliaulah tokoh utama dari perjuangan mulia ini.
Dari pidato sambutan beliau pada acara pembukaan dapat dikesan kenyataan ini. Beliau bertekad kuat untuk memartabatkan kembali bahasa Melayu menjadi bahasa internasional. Tekad itu pun disepadukan beliau dengan tindakan nyata dengan menggunakan bahasa Melayu dalam pertemuan-pertemuan internasional walaupun beliau sangat fasih berbahasa Inggris.
Para pakar tak kurang dari 17 negara menjadi pemakalah dalam simposium bergengsi itu. Kesemua pemakalah, sama ada dari negara-negara Asia ataupun di luar Asia, sangat menyokong internasionalisasi bahasa Melayu. Alasannya, secara ilmiah, bahasa Melayu memang sangat layak diangkat menjadi bahasa internasional.
Tak sesiapa pun dapat membantah bahwa bahasa Melayu telah berperan sangat istimewa di nusantara. Keistimewaan itu disebabkan oleh persebarannya sangat luas di Asia, khususnya di Asia Tenggara. Kejayaan bahasa Melayu sekurang-kurangnya telah dimulai sejak abad ke-7, yakni pada masa Kerajaan Sriwijaya. Keunggulannya terus berlanjut sampai masa Kesultanan Melayu Melaka, Kerajaan-Kerajaan Melayu lainnya di nusantara, Riau-Lingga-Johor-Pahang, dan berpuncak di Kesultanan Riau-Lingga.
Khasnya di Indonesia, bahasa Melayu telah diangkat menjadi bahasa nasional dengan nama bahasa Indonesia sejak 28 Oktober 1928, dijadikan bahasa pemersatu bangsa, dan alat perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Sejak 18 Agustus 1945, setelah Indonesia merdeka, ia juga berkedudukan sebagai bahasa negara.
Keistimewaannyalah yang menyebabkan bahasa Melayu mampu menjadi satu dari lima bahasa yang memiliki jumlah penutur terbanyak di dunia. Bahasa Melayu telah lama dikenal dan memainkan peran penting sebagai bahasa diplomasi, perniagaan, agama, sains, sastra, dan bahasa perhubungan luas di nusantara. Oleh sebab itu, bahasa Melayu juga sebetulnya telah lama diakui sebagai bahasa internasional oleh bangsa asing, sejak kejayaaan Sriwijaya.
Kejayaan itu diperoleh karena ini. Para raja, pemimpin, dan seluruh rakyat nusantara sejak Kerajaan Sriwijaya menolak penggunaan bahasa asing di negeri mereka, dengan bangsa mana pun dan dalam urusan apa pun. Oleh sebab itu, bangsa asing yang berhubungan dengan bangsa nusantara harus mampu menggunakan bahasa Melayu.
Faktor apakah yang dapat mempercepat bahasa Melayu menjadi bahasa internasional pada masa kini? Jawabnya adalah bangsa-bangsa yang menggunakan bahasa Melayu dan atau bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa ibu (bahasa pertama) maupun sebagai bahasa nasional dan bahasa negara (bahasa kedua), harus yakin dan berpandangan positif terhadap bahasanya. Itulah tauladan yang telah ditunjukkan oleh nenek-moyang mereka.
Mereka adalah bangsa yang besar dan memiliki bahasa yang besar pula dalam perjalanan sejarahnya lebih dari 1.500 tahun. Dengan jumlah penuturnya lebih dari 300 juta jiwa, potensi dan daya bahasa Melayu sangat besar. Itu belum lagi dihitung jumlah pemakainya sebagai bahasa asing di seluruh dunia.
Fakta itu tak boleh diabaikan. Ianya harus dimanfaatkan untuk memartabatkan kembali bahasa Melayu dalam masyarakat internasional. Kesemuanya itu memiliki alasan yang kuat.
Setakat ini ada 219 perguruan tinggi di 96 negara di dunia, di luar negara yang menggunakan bahasa Melayu, melaksanakan pembelajaran bahasa Melayu atau bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. Itu bermakna bangsa asing menaruh minat yang sangat besar untuk mempelajari bahasa Melayu. Dengan demikian, daya tarik negara-negara ASEAN yang memiliki bahasa Melayu akan menyokong percepatan internasionalisasi bahasa Melayu.
Adakah program pembelajaran bahasa Melayu di negara-negara asing itu merupakan bentuk sokongan nyata pemerintahnya bagi internasionalisasi bahasa Melayu? Memang belum ada pernyataan resmi tentang perkara itu. Akan tetapi, dengan mencermati gejala positif itu, dapat diprediksi bahwa jalan ke arah itu sudah sangat terbuka. Apatah lagi, sokongan yang sangat bermakna dari kalangan akademisi negara-negara luar tersebut tentu diperhitungkan oleh para pemimpin mereka karena berdasarkan pemikiran ilmiah.
Faktor yang paling menentukan perjuangan ini adalah rakyat dan pemerintah pemilik bahasa Melayu. Jika kita bersungguh-sungguh, sokongan dari pelbagai pihak akan segera mengalir. Pasalnya, masyarakat dunia pun sangat mengharapkan peningkatan peran bahasa Melayu seperti yang pernah dialaminya pada masa lampau.
Di negara-negara pemilik bahasa Melayu usaha yang harus dilakukan adalah meningkatkan penguasaan dan kemahiran berbahasa Melayu di kalangan warganegaranya sendiri. Hal itu bermakna kemahiran berbahasa Melayu warganegara harus terus ditingkatkan. Mutu pendidikan dan pembelajaran bahasa Melayu di lembaga-lembaga pendidikan, dari jenjang terendah (taman kanak-kanak) sampai dengan pendidikan tinggi, pun harus terus diperbaiki. Dengan demikian, pemikiran masyarakat yang berkembang sesuai dengan zaman yang terus berubah terwadahi dengan bahasa yang semakin baik.
Jika mutu pendidikan dan pembelajaran bahasa Melayu meningkat, warganegara akan terbiasa menggunakan dan memahami pemikiran canggih yang disampaikan dengan bahasa Melayu yang semakin canggih pula. Oleh sebab itu, kualitas pendidikan dan pembelajaran bahasa Melayu untuk meningkatkan pengetahuan bahasa, kemahiran berbahasa, dan sikap positif (rasa setia dan cinta) terhadap bahasa Melayu harus dilakukan secara bersungguh-sungguh.
Yang juga mustahak adalah peningkatan mutu pembelajaran bahasa Melayu sebagai bahasa asing. Ini bagi pelajar asing yang belajar di negara berbahasa Melayu atau mereka yang belajar di negaranya masing-masing. Semakin mudah mereka mempelajarinya, akan semakin tertarik mereka terhadap bahasa Melayu. Apatah lagi, pedoman ejaan, buku tata bahasa, kamus umum, kamus istilah pelbagai bidang ilmu, dan unsur intrabahasa Melayu lainnya telah tersedia cukup baik walaupun harus terus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya.
Sebetulnya, masyarakat dunia sudah tak sabar menanti bahasa Melayu, yang termasuk bahasa besar dunia, dimartabatkan menjadi bahasa internasional. Oleh sebab itu, sesiapa pun warganegara di negara Melayu yang membantah akan kebaikan perjuangan ini dia tergolong orang yang naif. Apatah lagi, bantahannya dengan alasan yang tak sabit di akal. Semua bangsa yang bertamadun tahu bahwa bahasalah yang menunjukkan bangsa.
Berdasarkan kenyataan di atas, bahasa Melayu memang layak dimartabatkan menjadi bahasa internasional kini dan ke depan ini. Dengan demikian, usaha murni Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaacob, patut disokong dengan sepenuh hati.***